Perjalanan adalah sebuah hal yang menuntun pada
keingintahuan yang sederhana. Hingga keingintahuan tersebut bertransformasi
menjadi hobby kemudian menjadi bagian dari kehidupan yang tengah berlangsung.
Ketika sebuah paradigma perjalanan telah terlewati, entah
itu indah atau tidak, apapun bentuknya maka akan berubah judulnya menjadi masa
lalu. Bagi sebagian orang masa lalu bukanlah apa-apa. Hanya sekelumit kisah
yang sudah usang, yang kisahnya cukup di simpan dalam cabinet-kabinet ingatan
untuk ditarik kembali ketika diperlukan.
Ahh, melelahkan memang ketika membicarakan sebuah hal dengan
beberapa pasang mata, telinga dan mulut-mulut yang siap mengeluarkan statement
atas ketidak setujuannya dengan topic pembahasan yang telah dikemukakan. Tujuan
utamanya hanyalah ingin berbagi apa yang mengendap dalam pikirian ini, bukan
untuk dikomentari. Sungguh tidak butuh.
Mengenai masa lalu, ketika kata-kata ‘masa lalu’ terlontar
entah dari mulut siapa, spontan memori dalam otak ini begitu cepatnya bekerja.
Menampilkan beberapa moment-moment yang paling mudah diingat. Misalnya tentang
perahu kertas yang di hanyutkan di tepi sungai, kehujanan di tengah-tengah
pasar malam, potongan cokelat di saku celana dan kartu nama psikiater yang
tersimpan rapi di dalam laci meja untuk para penderita insomnia.
Yang anehnya ketika pertunjukan masa lalu didalam otak ini
tengah berlangsung, susah sekali untuk mematikannya. Padahal sudah berusaha
setengah mati membayangkan hal-hal yang berlawanan dari masa lalu yaitu masa
depan. Apakah kiamat benar-benar terjadi pada tahun 2012?, Mimpi-mimpi yang
belum terealisasikan, cita-cita menjadi seorang dokter/pilot/presiden yang
tidak akan terwujud, berkeliling dunia dalam kurun waktu 7 hari. Itu semua
tidak bisa ditayangkan bersamaan dalam waktu yang bersamaan ketika film masa
lalu telah diputar.
Perjalanan, masa lalu dan masa depan adalah 3 hal yang wajib
dimiliki oleh kita, manusia..